Bukan lagi oleh oleh, Telur Asin ‘Brebes’ merupakan warisan kebudayaan

Telur asin yang merupakan oleh-oleh khas Brebes, Jawa Tengah, kini ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda (WBTb) Indonesia.

Keputusan tersebut diumumkan dalam sidang Kemendikbud 6-9 Oktober 2020. Awalnya telur asin hanyalah merupakan bagian ritual dari sembahyang pada Dewa Bumi oleh masyarakat peranakan. Kini telur asin diakui secara nasional.

Telur asin yang merupakan oleh-oleh khas Brebes, Jawa Tengah, kini ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda (WBTb) Indonesia.
Telur asin yang merupakan oleh-oleh khas Brebes, Jawa Tengah, kini ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda (WBTb) Indonesia. // via Detik

Seperti diketahui bahwa Warisan Budaya Takbenda Indonesia yang ditetapkan paling tidak berupa Tradisi dan ekspresi lisan. Baik seni pertunjukan, adat-istiada masyarakat, ritus dan perayaan-perayaan, pengetahuan dan kebiasaan perliaku mengenail alama dan semesta, dan atau keterampilan serta kemahiran tradisional,” tutur Fitra Arda Sambas selaku Direktur Perlindungan Kebudayaa, Kemendikbud.

Seperti dilansir dari CNNIndonesia, lebih lanjutnya, dia menuturkan bahwa budaya Takbenda bisa berasal dari perseorangan, kelompok orang atau Masyarakat Hukum Adat.

Bosan dengan gaya hidup yang itu-itu saja? Coba gaya hidup INI

Alasan kenapa telur asin menjadi WBtb?

Fitra sendiri menunturkan kalau ada beberapa alasan kenapa pada akhirnya telur asin bisa menjadi Warisan Budaya Tak Benda, berikut penjelasannya ;

1. Sejarah

Keberadaan telur asin di Brebes tidak lepas dari peran warga peranakan Tionghoa. Dulunya, itu menjadi bagian ritual sembahyang yang ditujukan Dewa Bumu. Kemudian sejak 1950-an, mulai di komersialisasi.

2. Pola pewarisan

Sudah diwariskan lebih dari dua generasi. Itu juga menjadi salah satu syarat penetapan budaya menjadi WBtb.

3. Arti penting dan makna

Memiliki arti penting dan makna penting bagi masyarakat Brebes. Selain itu juga memiliki nilai akulturasi, di mana bisa diterima seua pihak dari berbagai lapisan strata sosial meski awalnya dari kultur peranakan Tiongha.

Ada juga unsur toleransi yang terkandung. “Proses pembuatan merupakan kerja kolegial. Dari mulai pemilihan telur itik berkualitas, pembuatan bahan-bahan untuk pengasinan serta proses pengasinan,” tutur Fitra.

Ada juga unsur toleransi yang terkandung. "Proses pembuatan merupakan kerja kolegial. Dari mulai pemilihan telur itik berkualitas, pembuatan bahan-bahan untuk pengasinan serta proses pengasinan," tutur Fitra.
“Ciri telur asin Brebes dapat dirasakan dari komposisi pengolahan tingkat keasinan yang menghasilkan rasa yang masir.” via Riau Editor.com

4. Pengetahuan

Pembuatannya juga melibatkan pengetahuan dan teknologi tradisional yang khas dan sesuai dengan karakteristik daerah. Peranakan Tionghoa sangat piawai mengasinkan telur. Pengetahuan cara itu juga terus berkembang, tidak hanya di rebus kini bisa diproses dengan dikukus, panggang atau dibakar.

Ciri telur asin Brebes dapat dirasakan dari komposisi pengolahan tingkat keasinan yang menghasilkan rasa yang masir. Pengertian masir merupakan tingkat kegurihan yang pas, sekaligus mengeluarkan minyak dan warnanya oranye pekat,” tuturnya.

Telur asin seperti itu hanya bisa ditemukan di Brebes. Lewat pengetahuan dan keahlian pembuatnya, telur asal kota itu bisa bertahan selama 7 hari.

5. Manfaat

Dalam hal ekonomi masyarakat Brebes merasakan banyak manfaat. Kunjungan ke sana tidak akan lengkap tanpa membawa pulang telur asin. Bahkan terkadang banyak orang yang rela mampir hanya untuk membelinya.

6. Terus lestari

Berawal dari altar sembahyang, kemudian ke pasar komersial, keberadaanya masih bertahan sampai saat ini. Dilihat dari kelestariannya, generasi pembuatnya pun terus terjaga.

Pandemi covid-19 bikin Living Loving banting setir? temukan jawabannya di SINI

Bukan sekedar titel belaka, harapannya adalah agar tetap selalu di jaga

Dengan penetapan tersebut, harapanya yang disematkan adalah agar telur asin selalu dijaga. Bukan sekedar sebagai produk kuliner, melainkan menilai makna dan fungsi dari ekosistemnnya.

Mengingat pembuatannya melibatkan ekosistem yang sehat dari elemen seperti peternak itik, pengelola, pihak promosi dan ketersediaan pakan serta pelaku ekonomi kreatif.

Dengan kesadaran itu, diharapkan ada peran dari pemerintah setempat. Fitra menuturkan seusai amanat UU No.5 Tahun 2017 tentang ‘Pemajuan Kebudayaan’, pemda bisa mengalokasikan anggaran untuk pemberdayaan ekosistem WBtb. “Yang lebih penting lagi, dapat kita wariskan ke generasi berikutnya,” pungkasnya.

RamenGvrl berhenti jadi rapper? Temukan alasannya di SINI

Wah, semoga harganya tetap stabil nih. Jangan sampai meroket karena ada reseller :)