Rendahnya angka kelahiran, membuat pemerintah memutuskan untuk “membayar” mereka yang menikah

Seperti dilansir dari JapanToday, generasi muda Jepang saat ini lebih memilih menghabiskan waktu bersama karakter virtual maupun fiksi. Mereka menganggap wanita di anime atau video game sebagai kekasih mereka.

Selain itu, kondisi ekonomi juga menjadi faktor kuat lain yang membuat anak muda enggan menikah. Berkeluarga dan mempunyai anak akan menambah beban hidup dan menghalangi karir. Atas kedua alasan tersebut, akhirnya pemerintah Jepang memutuskan untuk membayar mereka yang menikah sebesar 600 ribu yen atau setara IDR 84 juta.

Syarat untuk mendapatkan ‘kompensasi’ pernikahan di Jepang

Syarat untuk mendapatkan 'kompensasi' pernikahan di Jepang
via nippon.com

Fenomena yang terjadi di Jepang saat ini adalah anak muda lebih memilih untuk mapan finansial dibanding dengan berkeluarga. Diharapkan dengan adanya pemberian kompenasi, maka anak muda akan menikah dan angka kelahiran di Jepang bisa kembali meningkat.

Menariknya, pemerintah sendiri sempat memberikan kompensasi sebesar 300 ribu yen dan kemudian direvisi menjadi dua kali lipat, yaitu 600 ribu yen. Tapi sebelum bisa mendapatkan kompensasi tersebut, setiap pasangan calon harus memenuhi persyaratan dari pemerintah.

Syaratnya adalah para penganti baru harus berusia 34 tahun atau lebih muda. Berikutnya baik calon suami maupun istri wajib memiliki penghasilan gabungan sebesar 4,8 juta yen (sekitar IDR 678 juta). Namun ada wacana yang menyebutkan kalau syarat untuk usia akan direvisi menjadi maksimal 39 tahun dan target penghasilan dinaikan menjadi 5,4 juta yen.

Pemerintah Jepang berharap agar program ini bisa diberlakukan setidaknya pada April tahun 2021 mendatang. 

Baca juga : Perpaduan Kesegaran Dari Rumah ala Dipha Barus

Wah, kalau di Indonesia sih gak usah di bayar pasti nikah sama mbrojol kabeh.