“Yang kamu lakukan pada saya itu, jahat!” Kata Cinta kepada Rangga setelah dighosting belasan tahun.

Ghosting adalah fenomena baru dalam sebuah hubungan romantis di era modern. 

Fenomena ini kerap dilakukan para tukang ghosting dengan beberapa alasan, atau lebih tepatnya nyari-nyari alasan. Karena apapun alasannya, ghosting tetaplah ghosting.

Baca juga: Unik, Jaket Upcycle Ini Terbuat dari Sarung Tangan Kiper!

Pengertian ghosting

Menurut Cambridge Dictionary, apa itu ghosting diartikan sebagai cara mengakhiri hubungan dengan seseorang dengan menyetop semua komunikasi dengan mereka secara tiba-tiba. 

Singkatnya, fenomena ini terjadi ketika seseorang tiba-tiba menghilang tanpa alasan. Gak ada chat lagi ataupun kebiasaan lainnya yang biasa dilakuin berdua. 

Kata Ghosting mulai populer sejak lima atau enam tahu lalu, pertengahan 2015.

Alasan orang suka ghosting 

Ghosting jadi budaya baru di era modern karena orang-orang dengan sangat mudah bisa mengabaikan gitu aja telfon atau chat dari orang lain. 

Biasanya tukang ghosting gak mikirin perasaan dan dampaknya bagi si korban. Mereka cuma fokus untuk menghindari ketidaknyamanan secara emosional yang mereka rasain. 

Menurut pengakuan beberapa pelaku, mereka punya alasan kenapa memilih menghilang daripada ngasih penjelasan: 

  1. Gak mengerti persis bagaimana perasaannya, jadi alih-alih mencoba membicarakannya, ia malah nge-ghosting. 
  2. Muncul trauma dari hubungan masa lalu, belum siap dengan hubungan yang baru.
  3. Ghosting jadi cara paling mudah untuk menyelesaikan hubungan. 

Intinya, para tukang ghosting ini lebih memilih menghilang gitu aja untuk mengakhiri sebuah hubungan tanpa ngasih penjelasan apapun.

Dilansir dari Psychology Today, tukang ghosting bisa juga disebut pengecut, banyak dari mereka yang menolak untuk mengakui kesalahan. 

Terjadi disonasi kognitif dalam diri pelaku, karena otak kita secara alami fokus pada informasi yang menegaskan keyakinan yang udah ada sebelumnya tentang sesuatu, bahkan ketika ada bukti lain nunjukin kalau ini salah. 

Artinya, bisa aja para pelaku ini membenarkan sikap mereka karena banyak orang melakukan hal yang sama. 

Hal yang salah jadi keliatan benar karena banyak orang yang melakukannya. 

Baca juga: Pokémon Jadi Umpan Pancing? Berikut Beberapa Produk Merchandise Pokémon yang Tak Kalah Aneh!

Pengaruhnya bagi si korban

Gak hanya gagal move on, ghosting juga menurunkan kepercayaan diri seseorang bahkan nimbulin trauma tersendiri.

Secara psikologi, penolakan sosial mengaktifkan rasa sakit yang sama di otak seperti rasa sakit secara fisik. 

Otak manusia punya sistem pemantauan sosial yang menggunakan suasana hati, orang dan isyarat lingkungan untuk melatih diri merespon kondisi tertentu.

Tapi, hal ini gak berlaku bagi korban ghosting, akibatnya seseorang jadi mempertanyakan diri sendiri gak merasa gak punya harga diri. 

Korban ghosting bakal mempertanyakan dirinya apa yang mereka lakukan sampai diperlakukan kayak gini. 

Beberapa korban mengaku kalau mereka merasa dirinya gak bodoh. Dighosting rasanya benar-benar menyakitkan. 

“Satu-satunya hal yang lebih buruk daripada putus adalah menyadari bahwa seseorang bahkan gak menganggap kamu layak untuk putus.” Kata salah satu korban.

Perasaan ditinggalkan, ditolak, dan dianggak gak berguna untuk mendapat penjelasan kerap dirasain oleh para korban. 

Wendy Walsh, Profesor Psikologi dari California State University menjelaskan ada empat level dari tindakan ini, semakin dalam hubungan yang dijalin akan semakin tinggi levelnya. 

Setiap kadar di setiap hubungan bisa mempengaruhi mental seseorang, intensitas hubungan dan kontak fisik menjadi salah satu yang berpengaruh. 

Yang harus dilakukan ketika jadi korban ghosting 

Kalau Lo udah terlanjur jadi korban, ya mau gimana lagi. Gak sih hehe. 

USSFeeds punya saran untuk para korban untuk tetap tegar! Simak ya. 

Hindari mengingat mantan! 

Mereka yang udah nge-ghosting Lo cenderung nyebabin emosi yang menyakitkan. Dengan Lo mengingat mantan, hal ini bisa bikin rasa sakit ini muncul lagi. 

Berhenti menyiksa diri dengan melihat foto-foto lama dan baca-baca chat lama.

Mending dihapus aja dan cari mulai cari kehidupan yang baru. Cari distraksi untuk fokus move on.

Stop salahin diri sendiri.

Ingat kalau yang pengecut itu dia yang gak berani ngasih penjelasan. 

Intinya, fokus untuk bahagiain diri sendiri! 

Kalau kata Kunto Aji sih, “Yang sebaiknya kau jaga, adalah dirimu sendiri.”