Bukan sekedar emas, perak, atau perunggu biasa, medali emas Olimpiade Tokyo terbuat dari berbagai sampah elektronik. Tujuan penggunaan barang-barang bekas ini untuk membuat ribuan medali ini adalah sebagai upaya menjaga lingkungan dan sustainability.

Tahun ini, perhelatan olahraga berbagai cabang itu membagikan total medali sebanyak 5.000 keping, termasuk emas, perak, maupun perunggu. Melansir Insider, bahkan hanya ada 1,2% emas saja yang terkandung salam medali emasnya.

Karena sebagian besar bahannya yang terbuat dari sampah HP dll, Jepang telah mengumpulkan puluhan ribu ton alat elektronik bekas demi membuat medali ini.

Ternyata, ribuan ton sampah yang jadi bahan medali ini kalau kita hitung setara 10 kali lipat sampah harian Bantar Gebang.

Sebagian besar komponen medali Olimpiade adalah sampah elektronik

Sampah elektronik adalah bahan utama medali Olimpiade
Tokyo 2020

Pada perhelatan Olimpiade 2016 lalu di Rio de Janeiro, mengutip CNN, medali emasnya mengandung 6 gram emas asli. Namun, bobot keseluruhannya hanya sekitar sepersepuluh dari medali Olimpiade Tokyo kali ini. Sebelumnya, kandungan emas dalam medali hanya berada di lapisan tipis yang menyelimuti bahan perak.

Kini, bobot satu buah medali emas adalah sekitar 5.400 gram (1,2 pound), di mana emas aslinya hanya 6,7 gram, sementara 98,8% sisanya, adalah perak dari sampah elektronik. Namun, hanya tahun ini lah yang medali peraknya berbobot sama dengan medali emas.

Medali untuk pemenang juara dua tersebut seperti namanya, murni terbuat dari perak, dan tentunya hasil barang elektronik bekas juga. Terakhir, medali perunggu punya bobot 453 gram (1 pound), dan merupakan campuran dari tembaga dan timah (95% tembaga dan 5% zinc).

Pertama kali dalam sejarah Olimpiade

Sampah elektronik adalah bahan utama medali Olimpiade
via Reuters

Selama kurun waktu dua tahun, Proyek Medali Tokyo 2020 suadh mengumpulkan sebanyak 78.985 ton alat elektronik, temasuk 6,21 juta HP dari seluruh penjuru Jepang. Sampah elektronik ini kemudian mereka lelehkan untuk mengekstraksi kadungan logam di dalamnya.

Alhasil, terdapat 32 kg emas, 3.500 kg perak, dan 4.850 kg perunggu. Sebagai bayangan, butuh 40 buah HP untuk menghasilkan satu gram emas, menurut laporan Compound Interest.

Ini adalah pertama kalinya dalam sejarah Olimpiade, di mana medali sepenuhnya terbuat dari logam hasil daur ulang sampah elektronik. Sebelumnya di Olimpiade 2016, hanya 30% dari medali perak menggunakan bahan daur ulang dari komponen mobil dan kaca.

Sepuluh kali lipat sampah harian Bantar Gebang

TPST Bantar Gebang
via Antara

Kalau dihitung-hitung, ternyata sampah elektrotik sebanyak itu setara dengan 10 kali sampah harian yang datang dari Jakarta ke Tempat Pembuangan Sampah Terpadu Bantar Gebang, Bekasi.

Setiap harinya selama 2020 lalu, Bantar Gebang menerima sebanyak 7.424 ton sampah, mengutip data Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI. Kini, daya tampung TPST Bantar Gebang hanya tersisa sekitar 10 juta ton, dari total kapasitas 49 juta ton.

Menyikapi hal itu, DLH DKI Jakarta mengajak warga untuk rajin memilah sampah rumah tangga, menurut laporan Kompas. Pemilahan sampah seperti ini merupaka salah satu bentuk langkah mikro yang bisa kita lakukan untuk mengurangi volume sampah.

Jepang sudah berhasil menyulap sampah jadi medali Olimpiade. Kira-kira kalau 2036 nanti Indonesia jadi tuan rumah juga, sampah Bantar Gebang bakal terpakai gak ya?

Baca juga: