Komentar rasis Indonesia bermunculan seiring ketegangan dengan Kepulauan Vanuatu mencuat

Komentar rasis indonesia isi laman Instagram resmi negara Kepulauan Vanuatu.

Serangan berbasis media sosial ini muncul usai suhu konflik kedua negara memanas karena perbedaan pendapat yang terjadi di Sidang Umum PBB. Ketika itu, Indonesia dituding melakukan pelanggaran HAM terhadap warga Papua.

View this post on Instagram

The Nekowiar is a large kastom ceremony performed on Tanna Island. In a spectacular display of unity, people from different parts of Tanna come together over four days. They perform a series of different dances, and make an exchange of goods, food and pigs at the end of the ceremony known as the Niel, as a way of reconciling any quarrels and disagreements between different groups. This year's ceremony is being held in Lavna nakamal in Lowinio village, west Tanna. The Nekowiar ceremony was first held in the late 1700s at Enpitoka nakamal in East Tanna to mark the end of a conflict between adjacent tribes. It established a customary governance system on the island that continues today. Before the Nekowiar can be held, the Nuhu Pukas custom dance is held a few months previously to decide which nakamal will host the event. Keep watching our feed for more from the Nekowiar! 📷 @groovybananaphotography #Vanuatu #VanuatuMoments 🇻🇺 📍 Lowinio village, Tanna Island

A post shared by Vanuatu (@vanuatuislands) on

Baca juga: Perpaduan Kesegaran Dari Rumah ala Dipha Barus

Komentar rasis Indonesia terorganisir?

Rangkaian komentar rasis tersebut direspon oleh Vanuatu Tourism Office. Mereka yakin, pihaknya telah menjadi target serangan yang terkoordinasi di sejumlah akun media sosial mereka, seperti Facebook dan Instagram.

Hal ini diungkapkan oleh Nick Howlett, manajer komunikasi Vanuatu Tourism Office dalam wawancara di program ABC Radio Pacific Beat.

Nick menjelaskan meskipun tidak sering terjadi, komentar-komentar serupa pernah muncul sebelumnya. Khususnya setiap kali pemimpin atau politisi Vanuatu mengangkat masalah Papua.

Beberapa di antaranya terlihat sebagai perilaku tidak autentik yang terkoordinasi, karena tidak terlihat asli… dan tidak merefleksikan tindakan yang biasanya terjadi.”

Dugaan yang mencuat menyebut bahwa komentar-komentar rasis dan seksis tersebut dilontarkan dari akin-akin yang baru dibuat atau akun bot. Pasalnya akun-akun tersebut belum mengunggah foto di profil mereka atau bahkan tak memiliki pengikut sama sekali.

Kini, laman Instagram Kepulauan Vanuatu pun sudah mematikan kolom komentarnya.

Sindir Isu Papua, Vanuatu Diserang Netizen Indonesia dengan Komentar Rasis

Baca juga: Kreator One Piece Ilustrasikan Lookbook Koleksi Terbaru Gucci

Tanggapan Kementrian Luar Negeri

Menyoal tentang komentar rasis Indonesia di laman Instagram Kepulauan Vanuatu, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Teuku Faizasyah pun angkat bicara.

Menurutnya, perilaku media sosial tak bisa dikekang. Meski begitu, ia meyakini bahwa mayoritas indonesia percaya pada antirasialisme.

Media sosial apa bisa dikekang? Dalam berkomentar akan berpulang pada kedewasaan masing-masing. Namun, saya percaya bahwa mayoritas bangsa kita antirasialisme karena kita bangsa yang pluralistik,” kata Faizasyah, dilansir dari Kompas.com, Selasa (29/9/2020).

South Asian Racism GIF by asianhistorymonth - Find & Share on GIPHY

Bot atau bukan, can we all agree that racism isn’t ok?

Bosan dengan haya hidup yang gitu-gitu aja? Cobain gaya hidup INI!