Efek samping ringan, China keluarkan izin darurat penggunaan vaksin Sinovac untuk remaja

Berdasarkan hasil uji klinis fase 1 dan 2, vaksin Sinovac memberikan efek samping yang ringan dan bisa memunculkan respon imun pada usia 3-17 tahun. China pun telah memberikan izin darurat untuk penggunaan vaksin Sinovac Biotech ini.

Vaksin Cansino, yang sama-sama buatan China juga, kini udah memasuki uji klinis fase 2 untuk anak usia 6- 19 tahun.

Food and Drug Administration punya Amerika Serikta juga telah menyetujui penggunaan vaksin ini untuk usia 12 – 15 tahun. Vaksin ini pun mendapat lampu hijau pada berbagai negara Eropa dan Singapura untuk anak remaja.

Baca juga: 5 Rekomendasi Series Netflix “Underrated” Versi A La Anak USS

Terus, gimana untuk Indonesia?

Melansir dari Detik, Juru Bicara vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan RI, dr Siti Nadia Tarmizi menjelaskan, pihak gak akan begitu aja memberikan vaksin corona pada anak.

Pihaknya masih menunggu rekomendasi dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Organisasi profesi, dan Indonesia Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI). Rekomendasi ini nantinya untuk melihat kecocokan penggunaan vaksin untuk anak.

Meski begitu, Ketua ITAGI Profesor Dr Sri Rezeki, SpA(K), menyebut pihaknya masih menunggu data-data dari publikasi ilmiah. Jadi belum ada kepastian kapan anak dan remaja Indonesia bisa mendapat vaksin Sinovac.

Kini tekanan wacana anak-anak mendapat vaksin COVID-19 semakin meningkat. Apalagi tambah dengan wacana dibukanya sekolah untuk pembelajaran tatap muka bulan Juli.

Selain China, Amerika Serikat juga mengizinkan penggunaan vaksin Pfizer untuk anak-anak.

Baca juga: Palace dan Mercedes-AMG Luncurkan Kolaborasi Mobil

Persetujuan dari WHO

Vaksin Sinovac mendapat persetujuan secara resmi dari World Health Organization (WHO) pada 1 Juni. Persetujuan ini menjadi lampu hijau untuk vaksin kedua asal negeri tirai bambu tersebut.

Adapun vaksin pertama dari China yang WHO setujui adalah vaksin Sinopharm. “WHO hari ini memvalidasi vaksin Sinovac-CoronaVac Covid-19 untuk penggunaan darurat,” tutur WHO.