Rambut gondrong seorang pria bernama Abuzar Madhu menjadi biang kerok dirinya berususan dengan polisi di Kota Lahore, Pakistan.

Pasalnya, sekitar pukul 03.00 pagi, Madhu yang sedang menunggu taksi di pinggir jalan secara mengejutkan didatangi beberapa polisi. Bahkan para aparat lantas memaksanya ikut ke kantor untuk pemeriksaan lebih lanjut.

Bukan pertama kalinya dicurigai karena rambutnya

Anda mau ikut baik-baik atau kami paksa?” tutur guru berusia 28 tahun saat menceritakan ulang kejadian tersebut.

Saat itu, Madhu cukup yakin bahwa alasan ‘pencidukan’ paksa itu adalah karena rambut gondrong miliknya. Pasalnya itu bukan kali pertama kejadian serupa menimpanya.

Bahkan sepanjang ingatannya, sudah tidak terhitung berapa kali dia didatangi petugas dan ditanya-tanya. “Pernah saya didatangi polisi di jalan tiga kali dalam sehari. Seakan saya kriminal,” pungkasnya.

Tapi kejadian dirinya dibui pada 5 Juni diniar itu, adalah kali pertamanya. “Saya semakin yakin alasan adalah rambut. Karena salah satu polisi berkomentar ketika tahu pekerjan saya adalah guru. ‘Kenapa kamu bisa mengajar kalau penampilanmu seperti itu,” pungkas Madhu seperti dilansir Vice.

Anehnya, pihak kelpolisian sendiri enggan menjelaskan alasan mereka menahan Madhu selama 24 jam. Madhu sendiri menjelaskan bahwa selain mengajar, dirinya merupakan seniman teater. Adapun profesi tersebut ‘menuntutnya’ untuk menjaga rambut panjang.

Stigma negatif pada rambut gondrong ‘mengakar’ pada aparat negara itu

Melansir Vice, pasal yang dikenakan ke Madhu adalah dugaan menggelandang dan itu adalah hukum warisan kolonial India yang menyasar warga etnis udu.

Banyak pakar hukum menyebut pasal larangan menggelandang kerap menjadi ‘rasisme’ dan tidak jelas interpretasinya.

Dalam kasus Madhu, rambut gondrong yang memang bukanlah hal umum yang dimiliki lelaki Pakistan, bukan tidak mungkin alasan polisi mencurigainya sebagai gelandangan.

Terkait hal ini, Ahmer Naqvi selaku pengamat budaya di Pakistan, menyatakan kecurigaan pada sosok berambut gondrong sudah mengakar pada aparat negara tersebut. Bahkan pada 1990-an, sempat ada upaya mengatur cara berpakaian laki-laki agar tidak terlalu terpengaruh budaya Barat.

Kala itu, Perdana Mentri Pakistan, Nawaz Sharif juga pernah mengecam anak muda yang ‘berambut gondrong’.

Kebijakan di masa lalu tampaknya masih mempengaruhi bias aparat terhadap para lelaki berambut panjang di masa sekarang,” tutur Naqvi. Pria yang tinggal di Ibu Kota Karachi dan juga berambut gondrong ini mengaku berulang kali didatangi polisi yang cuirga terhadapnya.

Ada bias norma gender dealam kasus prasangka aparat Pakistan terhadap lelaki berambut panjang,” lanjutnya.

Dalam banyak kasus, lelaki gondrong akan diperiksa seluruh barangn bawaannya. Bahkan polisi kerap menduga mereka sebagai pemabuk atau pemakai narkoba.

Ya elah, hari gini masih menilai orang dari penampilan.