Merangkak 13 jam dalam pendakian epik jadi cara seorang pria yang kehilangan kedua kakinya karena amputasi ganda. Dengan kedua tangan dan lututnya, Paul Ellis yang berusia 56 tahun memilih ‘merangkak’ untuk mendaki Gunung Snowdon.

Meski harus merangkak 13 jam, pria ini tidak menyerah

Sebagaimana dilansir Kompas.com, pria ini harus menjalani amputasi pada kedua kakinya setelah menderita cedera tulang belakang.

Merangkak 13 Jam, Jadi Cara Pria yang Kedua Kakinya Diamputasi Mendaki Gunung
via WalesOnline

Kendati demikian, kondisi itu tidak mengurungkan dan menghentikan niatnya melewati rute sembilan mil (14 kilometer) yang melelahkan untuk mendaki Gunung Snowdon.

Dalam pendakiannya, ayah Widnes dan Cheshire mengenakan sarung tangan berkebun tebal di kedua tangan dan tidak lupa memasang pelindung lutut. Namun perjuangan selama pendakian  3.560 kaki itu tetap membuat sebagian tubuhnya lecet dan terluka.

Merangkak 13 Jam, Jadi Cara Pria yang Kedua Kakinya Diamputasi Mendaki Gunung
via Liverpool Echo

Adapun kegiatana ini merupakan bagian Paul dalam kampanye penggalangan dana yang ia jalankan, selain itu juga untuk meningkatkan ‘kesadaran’ bagi anak yang mengalami amputasi.

Sepanjang perjalanan, pria yang membawa tas ransel seberat 21 pon (9,5 kg) ini terus mendapatkan dukungan dan teriakan semangat dari para pendaki lain.

Sejauh ini, Ellis sudah berhasil mengumpulkan lebih dari 18.000 poundsterling atau setara IDR 353 juta untuk Amal Camp.

Mendapat dukungan dan bantuan dari banyak orang.

Saya melakukan tiga mil pertama dalam waktu sekitar tiga jam, dua mil terakhir membawa saya kurang lebih sembilan jam,” tuturnya seperti dilansir Daily Mail, Minggu (29 Agustus).

Dirinya juga menejelaskan bagaimana ia mandapat luka mulai di panggul, tangan dan area lain. “Saya menggunakan pergelangan tangan sepanjang waktu, jadi akhirnya pergelangan itu sakit.”

Lebih lanjutnya dia membeberkan bahwa dukungan dari orang-orang di gunung menjadi alasan kuat baginya untuk tidak menyerah.

Dengan semua dukungan orang di gunung yang berteriak ‘ayo kamu bisa’, itu menjadi kekuatan bagi saya,” tuturnya. Selain itu, bukan hanya memberikan semangat, orang yang dia temui kerap membagikan air dan juga memberinya makan.

Ini tantantangan, dan itulah kenapa saya ingin melakukannya. Untuk bisa meningkatkan kesadaran dan dana untuk anak-anak (yang diamputasi). Ini sulit, tapi saya rasa ini layak dilakukan,” tuturnya.

Penggalangan dan akan digunakan membiayai liburan anak yang diamputasi

Dana yang terkumpul nantinya akan digunakan Paul untuk membantu membayar biaya liburan  ke Tenerife untuk keluarga dan enam anak yang diamputasi.

Paul sendiri mengalami kecelakaan pada 1992 dan dibiarkan dalam keadaan sakit. Dengan mobilitas terbatas karena kejadian itu, akhirnya dia memilih menjalani amputasi ganda pada 2008 dan menggunakan kaki palsu.

Saya berubah dari tidak bisa jalan sama sekali dan hanya bisa berdiri sekitar lima menit menjadi pendaki gunung. Ini bukan akhir hidup, bahkan jika Anda kehilangan anggota tubuh,” tuturnya.

Rencananya, Ellis akan mendaki Ben Nevis, gunung tertinggi di Skotlandia bersama dengan 10 orang yang juga diamputasi

Salut! Rispek!