Desain gedung istana negara untuk ibu kota baru tuai pro-kontra

Tersebar lewat media sosial, rancangan desain istana untuk Ibu Kota Negara (IKN) baru, Kecamatan Sepaku, Kalimantan Timur  menampilkan burung garuda raksasa.

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional / Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/ Bappenas) Suharso Monoarfa mengatakan kalau lokasi gedung yang akan menjadi titik nol juga telah ditentukan.

Selain itu, peletakan baru pertama istana negara pada Ibu Kota Baru bakal mulai tahun ini.

Rencananya, peletakan batu pertama atau ground breaking oleh presiden akan mulai setelah semua master plan dan detail plan sudah siap.

Filosofi bangunan istana bentuk burung garuda

Desain istana bernuansa lambang negara Indonesia, burung garuda mencerminkan negara sebagai bangsa yang besar dan kuat.

Terdapat delapan tema utama dalam rancangan pembangunan gedung untuk IKN. Yakni desain yang sesuai kondisi alam, Bhinneka Tunggal Ika, terhubung, aktif, mudah akses, rendah emisi karbon, sirkuler, aman dan terjangkau, nyaman, dan efisiensi teknologi. Juga peluang ekonomi yang kuat dan menyeluruh bagi semua.

Contoh pengaplikasian dari tema utama pembangunan ini adalah masyarakat bisa menjangkau dengan transportasi umum dalam 10 menit. Selain itu, desainnya juga berada dalam kawasan hutan dengan 75 persen lingkungan alami yang terbuka dan mengelilingi gedung.

Gak cuma itu, desain ini juga akan mendorong IKN menjadi kota layak huni terbaik dunia.

Tuai kontra dari asosiasi profesional

Desain gedung garuda besar ini menimbulkan kontroversi dari lima asosiasi profesional, yaitu Ikatan Arsitek Indonesia (IAI), Green Building Council Indonesia (GBCI), Ikatan Ahli Rancang Kota Indonesia (IARKI), Ikatan Arsitek Landskap Indonesia (IALI), dan Ikatan Ahli Perancangan Wilayah dan Kota (IAP).

Dilansir dari Kompas, kelimanya menyatakan sikap yang senada dengan mengkritik rancangan istana yang baru ini.

I Ketut Rana Wiarcha, Ketua IAI mengatakan kalau rancangan ini justru sangat gak mencerminkan kemajuan peradaban, terutama pada era digital seperti sekarang.

Menurutnya, bangunan gedung istana mestinya menjadi contoh bangunan yang secara teknis mencirikan bagaimana prinsip pembangunan rendah karbon.

Senada dengan IAI, Prasetyoadi, Anggota GBCI mengatakan kalau desain seperti ini gak fungsional.

Ia juga mempertanyakan kapasitas rancangan desain milik Nyoman Nuarta yang seorang pematung yang pernah menggarap proyek Garuda Wisnu Kencana Bali, bukan arsitektur. Selain itu, ia juga menyatakan keresahannya karena pembangunan gedung ini dilakukan secara tertutup.

Selain para profesional, netizen juga ramai komentar rancangan desain ini mengingatkan dengan stage DWP

Siapa yang kangen DWP?