Memang harus disayangkan kerusuhan yang terjadi pada tanggal 21-22 Mei 2019 di bilangan Thamrin, Tanah Abang, hingga Slipi. Banyak sekali kerugian yang dirasakan baik para aparat, pendemo, maupun masyarakat yang tidak ikutan sama sekali.

Namun, dibalik itu ada juga beberapa orang yang mendapatkan keuntungan di tengah kerusuhan. Keuntungan dimaksud bukan keuntungan yang merugikan orang lain, melainkan adanya jiwa-jiwa pedagang oportunis yang melihat celah di tengah demo tersebut. Berikut orang-orang yang mendapatkan keuntungan pada aksi 21-22 Mei lalu:

Hoki

Pedagang Nasi Goreng di Jalan Sabang

Image result for nasi goreng

Aksi 22 Mei kemarin tak hanya menyisakan kesedihan dan juga kerugian bagi pedagang yang membuka lapak di titik-titik kerusuhan justru ada juga yang mendapatkan keuntungan.

Melansir dari Detik Finance, pedagang nasi goreng bernama Erwin mendapatkan omzetnya naik hingga 20% karena banyak dari pendemo membeli dagangannya.

Ia mengatakan alasannya tetap berjualan saat aksi 22 Mei kemarin karena menilai tak akan ada kerusuhan, seperti hari sebelumnya (21 Mei). Ia pun mulai membuka dagangannya sejak pukul 17.00 WIB.

Starling (Starbucks Keliling)

Pedagang minuman, rokok, dan juga makanan instan ini memang selalu ada disetiap kesempatan apapun acaranya, mau kerusuhan hingga saat ada aksi pengeboman di Sarinah pun terpantau juga pedagang Starling ini tidak absen.

Dapat dipastikan para pedagang ini mendapatkan omzet lebih dari hari biasanya karena demand yang sangat tinggi. Hebatnya lagi Starling ini memasuki segala segmentasi, tidaknya para pendemo, tapi para aparatpun ikut membeli dagangannta.

Pedagang Atribut Demo Hingga Pedagang Sepatu

Nah ini dia yang paling oportunis. Pasti ada aja nih para pendemo yang jalan ke venue tanpa persiapan, mungkin para pedagang atribut ini melihat celah itu dan memanfaatkannya. Alhasil pedagang ini pasti mendapatkan omzet yang lumayan mengingat ada ribuan pendemo yang memadati Thamrin ditanggal 21-22 Mei.

Jangan sedih, tidak hanya itu di area Thamrin dan sekitar, David Lipson seorang South East Asia Correspondent for ABC Australia melaporkan bahwa ia sempat ditawari untuk membeli sepatu yang berharga 100.000 Rupiah.