20 tahun ngeband, Simple Plan masih enggan berhenti

Kalo ngomongin musik pop punk & rock era 2000-an, Simple Plan mungkin jadi salah satu nama yang paling sering dibahas.

Sejak debut lewat album “No Pads, No Helmets…Just Balls” pada tahun 2002, band tersebut punya andil besar membentuk selera musik generasi muda dengan sejumlah track iconic seperti “I’m Just a Kid” dan “Perfect.”

Kini, setelah dua dekade bermusik, band yang digawangi oleh Pierre Bouvier, Sébastien Lefebvre, Chuck Comeau dan Jeff Stinco tersebut masih enggan melepas pedal gas. Mereka bahkan tengah mempersiapkan album barunya yang berjudul “Harder Than It Looks.”

Beberapa waktu lalu, USS Feed pun berkesempatan untuk ngobrol langsung dengan Pierre Bouvier lewat koneksi Zoom.

Kami sempet ngobrolin banyak hal; mulai soal industri musik, TikTok, hingga momen ketika Simple Plan dateng ke Indonesia dan joget bareng Olga Syahputra ketika tampil di Dahsyat.

Halo Pierre! Apa kabar kalian selama pandemi ini?

Baik! Aku senang sekali dunia sudah mulai pulih.

Beberapa tahun terakhir adalah masa yang aneh buat semua orang dan aku selalu mencoba melihat sisi positifnya.

Aku rasa pandemi ini membuat banyak orang lebih menghargai kesempatan untuk nonton konser dan ketemu orang lain secara langsung.

Aku udah ngeband sejak aku berumur 17 tahun, ini adalah sesuatu yang aku selalu lakukan, dan ketika aku nggak bisa ngeband, aku benar-benar dapet pengalaman yang baru.

Kami seneng banget dengerin materi baru kalian. Denger-denger mau bikin album juga ya? Apa yang kalian bisa ceritain tentang album baru tersebut?

Iya! Kami sudah merilis 3 lagu baru dan akan merilis lagu lain dalam waktu dekat.

Kami sudah mengerjakan album ini cukup lama dan nggak sabar untuk merilisnya pada bulan Mei mendatang.

Aku rasa album ini adalah album yang sangat merepresentasikan Simple Plan.

Judul album ini adalah “Harder Than It Looks” dan aku percaya diri album ini akan memuaskan penggemar kami.

Materi yang kalian sudah rilis sejauh ini terasa sangat unik. Lagu-lagunya adalah materi baru, namun terasa mirip banget sama album pertama kalian. Beberapa orang mungkin mikir bahwa kalian konsisten dengan konsep staying to the roots, tapi beberapa lainnya mungkin mikir bahwa kalian stuck di zona nyaman. Apa pendapatmu tentang anggapan-anggapan ini?

Aku rasa ini soal tentang lagu mana yang kami rilis duluan.

Tiap kami rilis album, kami kerap mencoba hal baru. Namun di album baru ini kami tidak ingin terlalu mengagetkan fans lama kami dan memenuhi ekspektasi mereka tentang gaya musik Simple Plan.

Meski begitu, ada pula beberapa materi di album baru kami yang sepenuhnya berbeda dan mungkin akan memicu reaksi “wow ini nggak kedengeran kayak Simple Plan biasanya!”

Soalnya ketika kami merilis album ketiga Simple Plan, kami bikin para fans kami kaget dengan materi perdananya yang terdengar begitu berbeda. Pada akhirnya mereka keburu nggak peduli dengan sisa lagu lain.

Hal itulah yang membentuk strategi kami; bikin lagu yang memenuhi ekspektasi mereka, lagu kejutkan mereka di materi lainnya.

Apakah itu strategi yang sama yang kalian lakukan untuk menyenangkan fans lama dan memancing fans baru di saat bersamaan?

Aku rasa begitu.

Ada band seperti Fall Out Boys yang berhasil sepenuhnya mengubah gaya musik mereka dan memuaskan para fans, tapi nggak jarang pula terjadi ketika (misalnya) band seperti Foo Fighters atau Green Day yang mengubah musik mereka sepenuhnya dan malah bikin fans kecewa.

Sebagai seniman, hal ini mungkin bisa menyebalkan karena kamu akan selalu ingin mencoba hal baru. Namun di saat bersamaan, aku merasa hal ini keren ketika orang-orang menyukai apa yang kamu lakukan dan ingin kamu untuk terus melakukan hal yang sama.

Jadi ini soal berevolusi, namun tetap menjadi band yang sama. Aku tau ini kedengeran aneh.

Dan aku merasa Simple Plan berhasil melakukan hal itu lewat album “Harder Than It Looks.”

“Simple Plan” pertama kali berdiri ketika kalian masih berusia awal 20-an, dan kini kalian udah ngeband bareng selama 20 tahun. Gimana sih cara menjaga visi kreatif dan “inner child” kalian bisa tetap hidup?

Ayahku pernah memberi tahuku soal hal ini, nenekku juga pernah mengatakan hal yang sama; aku tidak merasa seperti makin tua.

Dengkulku mungkin sering sakit, aku juga lebih banyak pusing ketika minum alkohol kebanyakan. Namun aku masih merasa seperti anak yang sama yang menyanyikan lagu “I’m Just a Kid.”

Jadi tips yang aku bisa berikan adalah kamu harus suka dengan apa yang kamu lakukan. Kamu harus terobsesi. Bahkan kamu harus jadi seorang perfeksionis dan peduli dengan apa yang kamu lakukan.

Nggak cuma itu, kamu juga harus bisa berkomunikasi dengan baik, terutama jika kamu adalah anak band.

Kalian harus tau kelebihan dan kekurangan masing-masing. Misalnya kayak Sébastien yang jago banget di studio, Chuck yang berperan seperti manager band, sementara aku berperan seperti pemimpin band, sementara Jeff adalah gitaris yang keren banget.

Semua orang punya perannya masing-masing. Jadi penting buat kalian untuk berkomunikasi dan peduli dengan apa yang kamu lakukan.

Kalian udah ngeband selama 20 tahun. Ada nggak sih hal yang Simple Plan selalu ingin lakukan tapi belum pernah kesampean?

Aku rasa tantangan terbesar kami sekarang adalah bagaimana kami bisa terus relevan.

Kami ingin mencapai pendengar baru, namun kami juga ingin penggemar lama untuk tetap ada.

Aku juga ingin terus membuat hit yang bisa viral, entah di radio atau TikTok atau streaming platform, yang mampu menciptakan koneksi dengan pendengarmu.

Kalo ngomongin TikTok, kalian main TikTok nggak sih?

Ya! Kami main TikTok, dan platform itu jadi prioritas penting kami sekarang.

Dulu kami nggak main sama sekali, namun selama pandemi tiba-tiba “I’m Just a Kid challenge” tiba-tiba viral dan “memaksa” kami untuk terjun ke platform itu.

Kami mulai menyadari betapa pentingnya platform tersebut mengingat jumlah pendengar kami di layanan streaming meledak karenanya.

Awalnya lagu “I’m Just a Kid” adalah lagu terpopuler kelima atau keenam. Namun sejak viral, lagu tersebut melejit jadi nomor satu.

Buat kami yang tumbuh tanpa hal seperti ini, kami merasa sangat senang dan jadi kesempatan untuk keluar dari zona nyaman kami.

Menurutmu, apa sih perubahan paling signifikan di industri musik yang kamu rasakan selama 2 dekade berkarir?

Aku rasa kemampuan setiap seniman untuk bisa mengendalikan nasib dan karir mereka.

Sekarang ini banyak seniman baru yang bisa bikin lagu dari rumah dengan peralatan sendiri. Aku sendiri bahkan menggarap album baru Simple Plan dari rumahku.

Sekarang nggak ada yang bisa menghentikan kalian. Kamu bisa bikin musik dari kamar dan menciptakan hit viral ke seluruh dunia, jika kamu bertalenta dan bekerja keras.

Dulu nggak ada yang kayak gini. Dulu kamu harus kontrak dengan label karena studio musik itu mahal, tapi sekarang pake laptop aja udah cukup.

Kalo kamu bisa pakai mesin waktu dan ngomong sama diri kamu sendiri 20 tahun lalu, kamu bakal ngomong apa?

Beli bitcoin hahaha!

Yang pasti aku nggak akan mengubah apa-apa.

Aku membuat masalah dan kesalahan di masa lalu, namun kesalahan itu yang membuatku belajar dan hal itu adalah sesuatu yang penting untuk tumbuh dan berkembang.

Aku juga sangat bersyukur karena bisa sesukses ini. Aku rasa hal itu bisa terjadi berkat kerja keras dan sedikit keberuntungan.

Jadi aku nggak akan mengubah apa-apa. Kesalahan itu baik dan penting buat belajar.

Simple Plan sempet mangung beberapa kali di Indonesia. Ada nggak sih memori spesial yang kamu ingat ketika kamu berkunjung kesini?

Orang-orang Indonesia sangat ramah! Aku sangat seneng ketemu para penggemar dan mempelajari budaya Indonesia.

Aku bisa merasakan bagaimana orang Indonesia bisa begitu mengapresiasi band dari Kanada atau Amerika Serikat. Pasalnya kami datang dari wilayah yang jauh banget.

Omong-omong, kamu inget nggak sih kamu sempet joget di TV bareng Olga Syahputra waktu manggung di Dahsyat?

Aku nggak inget pernah melakukan hal itu hahaha!

Mungkin itu sekitar 13 tahun yang lalu? Aku keliatan muda banget! Aku kayaknya harus lebih banyak belajar joget ya?

Aku lagi sering tur, jadi nggak banyak punya waktu untuk belajar dance.

Tahun 2016 lalu Simple Plan sempet kolaborasi bareng band Indonesia, Kotak. Mungkin nggak sih kolaborasi kayak gitu terjadi lagi?

Aku rasa iya! Menurutku itu adalah hal yang keren. Aku suka melihat adaptasi berbeda dari budaya lain.

Sekarang ini kami belum punya rencana sih, tapi hal itu mungkin banget terjadi lagi.

Pertanyaan terakhir nih: kalian ada rencana balik ke Indonesia nggak? Apa yang kalian ingin sampaikan pada penggemar kalian di Indonesia?

Kami ingin banget balik kesana, namun kami belum punya rencana pasti.

Aku punya teman yang bilang kepadaku bahwa lagu Simple Plan dimainkan di bar atau mall. Aku nggak ngerti bagaimana Simple Plan bisa punya fans sampai sejauh itu, tapi aku sangat bersyukur dan berterima kasih kepada para fans kami di Indonesia.