Penghuni kampus yang sering ‘menemani’ mahasiswa

Rapat sampai tengah malam adalah budaya mahasiwa yang aktif ikut organisasi kampus. Gak cuma ketemu teman kampus, ternyata ada juga ‘penghuni kampus’ yang suka datang ‘selain mahasiswa’.

Kisah ini adalah kejadian nyata dari para mahasiswa pada perguruan tinggi di Bandung Raya (sebenernya Jatinangor sih).

Si ‘Kribo’ yang menunggu tangga timur

Gedung Student Center adalah gedung yang dibuat khusus oleh pihak dekanat untuk mahasiswa. Student Center juga aktif 24 jam disinggahi mahasiswa yang perlu rapat, atau sekadar nongkrong.

Suatu hari, seorang mahasiswa yang harus menginap karena acara kampus hingga larut malam.

Malam itu pun berlangsung dengan meriah dengan irama dangdut koplo dan jogetan bersama kakak tingkat.

Entah energi apa yang menariknya, ia pergi ke satu titik tangga dekat ruang BEM fakultas dan ‘bertemu’ dengan sebuah sosok hitam. Ukurannya yang lebih besar dari dua orang dewasa dengan mata merah sedang menatap tajam ke arahnya.

Baca juga: Kisah Horor Penghuni Apartemen Mangkrak yang Gagal Dibangun

Ia menangkap mata merah makhluk tersebut lagi geleng-geleng ke keramaian mahasiswa lain yang lagi joget. Setelah itu ia buru-buru cabut dan kembali bergabung dengan yang lainnya.

Masih syok dengan pertemuan yang gak terencana itu, ia memilih diam. Hingga sebelum waktunya tidur ia bercerita dengan yang lainnya.

“Gila, maneh (Lo) baru pertama kali nginep di sekre langsung ditampakin, sama ‘kribo’ lagi” kata seorang kating menimpali dengan santai.

Hmmm, kayaknya si ‘kribo’ udah sering bertemu mahasiswa ya.

Penghuni kampus lainnya, si Titin berambut panjang yang sering ‘menyapa’

Cerita tentang si Titin juga turun temurun dari angkatan ke angkatan. Konon, si Titin patah hati dan memilih mengakhiri hidupnya di gedung ini.

Sejak saat itu, ia sering ‘menyapa’ mahasiswa dengan tangisannya. Seperti yang terjadi pada seorang mahasiswa yang lagi berjalan di lorong gedung lantai 2 siang hari.

Student Center belum ramai karena mahasiswa masih ada kelas (bagi yang rajin).

Karena lorong yang sepi, ia bisa mendengar langkah kakinya sendiri. Sampai dekat tangga, ia mendengar suara tangisan yang cukup keras.

Katanya, kalau suaranya keras maka ‘makhluk’ itu berada dalam jarak yang jauh. Ia pun buru-buru lari keluar daripada harus bertemu dengan si yang punya tangisan.

lorong kampus | Sugiantomann's Blog

Suara pertikaian tak kasat mata

Kejadian ini dialami seorang mahasiswa yang lagi jadi panitia sebuah event dan memaksanya harus berada di gedung ini hingga malam hari. Saat itu, ia tengah menghitung nilai peserta lomba.

Sekitar jam 8 malam, ia memesan ojek online untuk pulang. Hari itu tumben sekali gak seramai biasanya sehingga membuat lorong terasa sepi dan gelap.

Cahaya yang redup membuatnya harus menyalakan flash dari hp ketika menuruni anak tangga.

Sayup-sayup ia mendengar suara pasangan cewek dan cowok yang lagi berantem.

“Siapa yang harus tanggung jawab?!” begitu salah satu dialog dalam pertikaian tersebut yang ia dengar.

Sampai di bawah, ia masih mendengar suara pertikaian ini yang berasal dari arah parkiran. Ia pun mengecek area parkir dan ternyata gak ada siapapun disana.

Berusaha cuek dengan kejadian tadi, ia pergi ke tempat plang tulisan yang biasa jadi tempat menunggu ojek online. Namun, saat ingin beranjak, ia memerhatikan salah satu dahan depan Student Center yang bergerak.

Awalnya, ia mengira dahan itu bergerak karena tiupan angin. Namun setelah ia perhatikan, dahan-dahan sebelahnya diam saja

Hati-hati buat yang sering balik malam dari kampus!