Demi mengatasi polusi udara di ibu kota, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berencana menggunakan “hujan buatan”. Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Hammam Riza mengatakan hujan buatan akan dilaksanakan secepatnya.

“Gubernur DKI Jakarta sudah beri lampu hijau dan meminta agar Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) dilaksanakan paling cepat setelah tanggal 10 Juli dan paling lambat sebelum periode anak sekolah masuk pasca libur,” kata Riza

Riza menjelaskan biasanya hujan buatan dilakukan untuk menangani Kebakaran Hutan dan Lahan. Kini, hujan buatan akan digunakan untuk mengatasi pencemaran udara.

“TMC untuk mengatasi pencemaran udara yang disebabkan kegiatan perekonomian baru pertama kali dilaksanakan,” jelas dia.

Cara Kerja Teknologi Modifikasi Cuaca Bekerja:

Kepala Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca, Tri Handoko Seto mengatakan terdapat 3 skenario kegiatan TMC khusus mengatasi pencemaran udara, yaitu dengna penyemaian awan dengan garam NaCL, melakukan semai pada lapisan-lapisan inversi dengan menggunakan dry ice, dan terakhir water spraying dari darat menggunakan alat Ground Mist Generator di 10 lokasi daerah Upwind.

1. Penyemaian Awan dengan Garam NaCl

Penyemaian awan dengan garam NaCL akan dilakukan di saat ada awan potensial agar hujan terjadi di wilayah Jakarta sehingga polutan yang ada di atmosfer Jakarta dan upwind bisa tersapu dan jatuh bersama dengan air hujan.

2. Menggunakan Dry Ice

Jika tidak ada awan potensial, maka dilakukan penghilangan lapisan inversi, yaitu dengan melakukan semai pada lapisan-lapisan inversi dengan menggunakan dry ice dengan tujuan lapisan tersebut menjadi tidak stabil.

3. Water Spraying

Metode terakhir ialah dengan water spraying dari darat menggunakan alat Ground Mist Generator yang akan ditempatkan di 10 lokasi di daerah upwind.

 

Jakarta Peringkat Pertama dengan Polusi Terburuk

Dilansir dari Airvisual, Jakarta memang memiliki udara yang bisa dikatakan cukup buruk. Level dari pencemaran udara yang terjadi di Jakarta berada “Unhealthy for Sensitive Groups“. Level ini memungkinkan udara berdampak buruk pada sebagian masyarakat yang sensitif udara. Bahkan Jakarta sudah masuk kedalam posisi ke pertama dari 88, kota dengan pencemaran udara tertinggi.

Image Source: [Saudigazette]