Meninggalnya Wakil Bupati (Wabup) Sangihe, Helmud Hontong di penerbangannya mendapat tanggapan duka dari para netizen.

Dari banyaknya tanggapan itu, tidak sedikit yang mencurigai kepergiannya yang tidak wajar dan misterius ini. Terlebih lagi, Helmud terkenal akan sikap penolakannya terhadap tambang di Sangihe.

Jasad Helmud yang sudah tiba di Sangihe 11 Juni kemarin mendapat sambutan para penduduk yang berduka. Kabarnya, pemakaman akan mereka laksanakan pada Senin, 14 Juni di halaman rumah pribadi almarhum di Kelurahan Manente.

Namun demikian, tidak ada autopsi untuk kasus kematian yang mengundang kecurigaan banyak orang ini.

Kronologi kematian Wabup Sangihe di penerbangan

Wabup Sangihe Meninggal Mendadak di Pesawat
Ilustrasi Pesawat Lion Air

Kematian Helmud Hontong (58) selaku Wabup Sangihe ini terjadi dalam penerbangan Lion Air JT-740 Denpasar-Manado pada tanggal 9 Juni kemarin. Ketika pesawat transit di Bandara Sultan Hasanuddin Makassar, ia sudah tidak bernyawa.

Tidak lama setelah pesawat lepas landas dari Bandara I Gusti Ngurah Rai pukul 15.08 WIT, Helmud menunjukkan keadaan kesehatan yang memburuk. Menurut keterangan ajudannya, Harmen Kontu, sesaat setelah Helmud merasa pusing, ia tak sadarkan diri.

Sekitar lima menit itu saya lihat Bapak langsung tersandar. Saya panggil dan colek, namun sudah tidak ada respons lagi. … Kemudian keluar darah lewar mulut. Tak lama kemudian darah keluar dari hidung,” terang Harmen kepada Detik.

Saat itu, ada penumpang yang juga merupakan dokter bernama Timothy. Tepatnya 16 menit setelah pesawat lepas landas, ia memberi bantuan oksigen untuk resusitasi jantung paru. Namun tentu, nyawanya tak tertolong.

Misteri Kematian Wabup Sangihe, Perjuangan Tolak Tambang Emas
Peti jenazah Wakil Bupati Sangihe Helmud Hontong disambut ribuan warga di Pelabuhan Nusantara Tahuna, Jumat (11/6). Foto: Sriwani/Manado Post

Bagi kita ini juga misterius sekaligus janggal kematian beliau ini. Karena, perbincangan dan cerita semuanya menunjukkan dia sehat-sehat saja awalnya, kondisi fisik baik, namun tiba-tiba meninggal,” kata Koordinator Nasional Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) Merah Johansyah Ismail pada CNN.

Maka dari itu, Merah menegaskan untuk meminta otoritas, dalam hal ini pemerintah dan para penegak hukum untuk mengungkap penyebab kematian Wabup Sangihe ini. Bagaimanapun, autopsi tidak dilakukan dan ia dinyatakan terkena serangan jantung.

Beliau meninggal karena sakit serangan jantung,” kata Kabid Humas Polda SulSel, Kombes E Zulfan.

Penolakan terhadap tambang di Sangihe, Perjuangan untuk rakyat

Tambang emas Sangihe menjadi buah bibir setelah Wakil Bupati Sangihe Helmud Hontong meninggal dunia
momi.minerba.esdm.go.id

Selain menimbulkan duka dari warganet dan para penduduknya, kejadian ini mendatangkan perbincangan di media sosial. Apa lagi kalau bukan soal perjuangannya menentang izin eksploitasi tambang emas di Sangihe?

Pada 28 April lalu, Helmud sebagai Wabup Sangihe mengirimkan surat kepada Kementerian ESDM perihal izin tambang yang pemerintah pusat berikan kepada PT TMS.

Isi suratnya, Helmud meminta agar Kementerian ESDM membatalkan Surat Izinnya tentang operasi tambang emas seluas 42 ribu hektare.

Beberapa poin alasan yang ia sebutkan di antaranya adalah bahwa kegiatan pertambangan di Pulau Sangihe tersebut tidak sejalan dengan UU No. 1 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil.

Misteri Kematian Wabup Sangihe, Perjuangan Tolak Tambang Emas
Ilustrasi via CNN

Selain itu, ia juga menyebut khawatir penguasaan wilayah pertambangan akan berdampak hilangnya hak kepemilikan tanah masyarakat. Hal ini bisa membuat masyarakat sekitar terusir dari tanahnya.

Pada akhir surat itu, ia meminta supaya wilayah pertambangan bisa dijadikan pertambangan rakyat. Bukan yang hanya memberi keuntungan pada pemegang kontrak karya dan juga merusak lingkungan.

Kasian, rakyat, anak cucu kita bakal jadi korban nantinya, akibat limbah pengelolaan emas itu. Apapun yang terjadi saya tetap bersama rakyat untuk menolak tambang tersebut,tegas Helmud Hontong 21 April silam.

Rest in Power, Bapak Helmud Hontong.

Baca juga: