Penggunaan lokasi semburan lumpur Lapindo sebagai lokasi foto konten tuai reaksi beragam

Lokasi banjir lumpur Lapindo yang berlokasi di Sidoarjo, Jawa Timur jadi latar fashion photo shoot sejumlah kreator konten.

Hal ini pun jadi sorotan di jagat maya sejak dibagikan ke Twitter oleh akun dengan nama pengguna @citokuynesis.

Hingga saat ini, cuitan tersebut sudah disukai lebih dari 800 kali dan di-retweet lebih dari 200 kali dan menuai reaksi beragam dari para netizen.

Baca juga: Disebut Mirip Lee Min-Ho, Pedagang Nasi Kuning Ini Malah Jadi Sasaran Bully

Tuai pro kontra

Respon negatif muncul dari mereka yang menganggap lokasi tersebut tak etis dan insensitive untuk dijadikan latar untuk foto.

Pasalnya lokasi tersebut adalah lokasi bencana. Bahkan masih banyak warga yang terdampak dan belum mendapatkan keadilan atas peristiwa tersebut.

Namun tak sedikit pula yang membela. Pasalnya lokasi bencana tersebut memang sudah lama dijadikan objek wisata dan lokasi foto. Bahkan beberapa warga setempat menjadikan hal tersebut sebagai sumber penghasilan.

Ada pula yang merespon dengan guyon, menyebut lokasi tersebut bisa saja digunakan sebagai lokasi event usai pandemi.

Baca juga: Rapunzel Dunia Nyata: Perempuan Ini Tak Pernah Potong Rambut Selama 15 Tahun

Lumpur Lapindo

Banjir lumpur panas di Sidoarjo muncul pertama kali pada tanggal 29 mei 2006 karena pengeboran Lapindo Brantas Inc. di Dusun Balongnongo Desa Renokenongo, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur.

Penyebab utama bencana ini masih diperdebatkan, namun yang pasti lumpur tersebut menimbulkan dampak yang besar.

Sebanyak 16 desa di 3 kecamatan di Sidoarjo tergenang lumpur panas. Lebih dari 25 ribu warga Sidoarjo harus mengungsi, 8.200 orang di antaranya terpaksa dievakuasi karena kampung halamannya tidak bisa ditempati lagi.

Kerugian dalam jumlah besar pun tak terhindarkan. Lapindo bahkan telah menggelontorkan Rp3,03 triliun sementara pemerintah mengeluarkan Rp827 miliar untuk untuk membayar ganti rugi.

Namun hingga 15 tahun berlalu, banyak warga yang mengaku belum mendapatkan ganti rugi meski sudah berkali-kali mengadu ke pemerintah.