Para pemain ‘Emily in Paris‘; Lily Collins, Ashley Park, Lucas Bravo, dan Lucien Laviscount bercerita tentang berbagai hal seputar serial Netflix ikonik itu.

Baru-baru ini, USS Feed berkesempatan untuk ngobrol bareng mereka dan ‘ngulik’ tentang popularitas, membangun karakter, penggambaran Kota Paris, sampai fashion.

Cast "Emily in Paris" Mengulik Soal Popularitas, Kota Paris yang 'Realistis', dan Fashion [USS Feed Interview]
via Tumgir

Emily in Paris’ season 1 langsung nge-hits, gimana responmu waktu tau serial ini jadi populer banget?

Lucas Bravo: Aku takjub dan beryukur banget, pengalaman yang bikin humble. Sebenarnya aku sedikit takut, sih. Aneh rasanya terekspos tiba-tiba. Rasanya kayak ‘telanjang’, tiba-tiba orang mau tau kamu sarapan apa, dan pesan apa yang harus kamu sampaikan ke dunia.

Susah bagi seorang aktor yang harus menghadapi impostor syndrome untuk ngerasa pantas dapetin semua perhatian itu. Jadi, begitulah, dan semuanya mulai reda, kemudian berpindah ke proyek baru, orang baru. Jadi, tinggal gimana kita memanfaatkan momennya aja.

Banyak orang suka karakter kamu, Gabriel. Apa sih yang kamu lakukan untuk bikin karakternya hidup?

Lucas Bravo: Semuanya dimulai dari rasa cinta. Kamu harus mencintai dulu karakternya, walaupun ia orang jahat, bahkan pembunuh sekalipun. Kamu harus paham kenapa tingkahnya kayak gitu, dan menyelami trauma ataupun luka mereka, mengerti prosesnya. Pada akhirnya, kita semua cuma manusia yang mau dicintai dan mendapat validasi.

Kadang kita nggak dimengerti, jadi kita bereaksi ke trauma. Penting buat kita untuk ngerti hal ini. Aku sendiri harus coba mengerti kenapa dia (Gabriel) mau melepas prinsip dan nilainya untuk Emily. Hal ini aku pikirin, lalu menurutku dia cuma merasa tersesat dan Emily merepresentasikan rasa ingin tahu dan kebahagiaan.

Lucien, Kamu kan baru di ‘Emily in Paris’, apa sih yang bikin kamu excited waktu filming?

Lucien Laviscount: Yang paling bikin excited itu dunia fantasi yang hidup di dunia nyata ini. Tentunya juga bekerja dengan orang-orang sangat berbakat yang muncul di layar. Mereka semacam jadi bagian hidupku. Kayak, aku bisa vibing sama beberapa orang di waktu tertentu.

Orang tertentu di waktu tertentu. Ini Spesial banget, untuk bisa berperan, menciptakan, bareng orang-orang ini adalah karunia yang paling spesial di tahun ini. Aku sangat sangat berterima kasih karena jadi bagian season kedua ini.

Apa sih yang bisa kita nantikan dari  season 2 ini?

Lily Collins: Bakal ada lebih banyak drama, fashion, lebih banyak ketawa. 

Ashley Park: lebih banyak romansa, lebih banyak Paris. Banyak juga bagian Prancis yang kita belum pernah lihat.

Lily Collins: Dan lebih banyak bahasa Prancis!

Kalian kan memerankan dua gadis muda yang tinggal di Paris, apa sih yang paling kalian suka dari kota ini?

Ashley Park: Menurutku Paris itu kota, di mana kamu bisa jalan kemana aja. Aku pikir hal yang kami paling sukai dari Paris adalah saat kita jalan kemana aja, dan berakhir di tempat-tempat yang berbeda.

Ini kota yang bisa kamu jelajahi setiap hari, bahkan jalan yang kamu telusuri setiap hari bisa ngasih kamu sesuatu yang baru. Selalu ada toko roti dan toko kue dimana-mana, dan kamu nggak akan salah.

Lily Collins: Aku suka gimana orang-orang menghargai pekerjaan mereka, tapi sekaligus menghargai waktu istirahat mereka. Jadi kalau ide ‘hidup untuk kerja’ itu khasnya orang Amerika, mereka lebih ke ‘kerja untuk hidup’.

Harus memikirkan waktu untuk istirahat dan nge-reset badan untuk bisa melakukan yang terbaik. Intinya, menghargai banget waktu sendirian itu. Selain itu, keluarga juga jadi hal yang penting banget di sana. 

Kalian ada culture shock nggak sih waktu di Paris?

Lily Collins: Aku udah ke Paris berkali-kali sebelum acara ini, karena aku tumbuh besar di Eropa.

Ashley Park: Aku nggak nyangka kalau semuanya bakal tertulis dalam bahasa Prancis. Malahan, aku pakai shampo buat cuci muka selama dua minggu pertama di sana, sampai ada orang yang nanyain hal ini.

‘Emily in Paris’ disukai banyak orang. Tapi, di waktu bersamaan banyak yang bilang kalau serialnya sangat nggak realistis. Apa pendapat kamu tentang ini?

Lily Collins: Ini pengalaman seorang gadis. Ini adalah pengalaman yang luar biasa, karena Paris masuk banget ke karakternya di serial ini. Ya, mirip kayak New York di ‘Sex and the City’. Setiap acara yang berdasar pada sebuah kota itu selalu jadi sesuatu yang indah, berkilauan, dan memberi orang pengalaman escapism.

Ya, acara ini juga nggak berjanji untuk ngasih gambaran yang 100 persen akurat atas kota Paris, karena kamu nggak bakal bisa lakukan hal itu untuk semua orang. Tapi Darren melakukannya dengan sangat baik yang bisa ngasih penonton pengalaman escapism.

Kalian kan pakai outfit-outfit yang keren, apakah ada referensi yang spesifik dengan looks kalian? Apakah kalian juga ikut milih bajunya?

Lily Collins: Patricia dan Marilyn sangat kolaboratif. Jadi kami boleh pilih-pilih aksesoris, dan berbagai elemen lain untuk melengkapi look-nya. Ya, ada sekitar 10 di setiap episodenya. Tapi aku memang senang sangat warna-warnany, teksturnya, dan mix n’ match di season ini.

Ashley Park: Dan aku pikir kami bisa bermain dengan beberapa kostumnya. Beberapa kostum dipilih dari Zara, atau berbagai tempat lainnya, lalu jadi sebuah outfit. Terus, pokoknya kami juga berkesempatan untuk cobain beberapa atelier Paris.

Baca juga: